Memahami Konsep Pemberdayaan Masyarakat


Kita kerap kali mendengar istilah pemberdayaan masyarakat di kehidupan sehari-hari, khususnya pada bangku perkuliahan yakni KKN (Kuliah Kerja Nyata). Pada program KKN pasti terdapat unsur pemberdayaan masyarakat yang dijadikan landasan dalam pelaksanaan program-program. Pemberdayaan masyarakat berasal dari dua kata, yaitu pemberdayaan dan masyarakat. Pemberdayaan (empowerment) berasal dari kata power (keberdayaan atau kekuasaan). Terjadinya proses pemberdayaan sangat tergantung dari dua hal, yakni a). Kekuasaan dapat berubah dan apabila kekuasaan tidak dapat berubah, maka pemberdayaan tidak dapat terjadi dengan cara apapun; b). Kekuasaan dapat diperluas dan konsep ini menekankan pada pengertian kekuasaan yang bersifat dinamis. 

Melalui pemberdayaan, kelompok yang menjadi sasaran akan mampu memenuhi kebutuhan dasarnya, memiliki kebebasan dalam mengutarakan pendapat, bebas dari kelaparan, bebas dari kesakitan, dan bebas dari kebodohan. Selain itu, kelompok sasaran juga dapat menjangkau sumber-sumber daya produktif, memperoleh barang dan jasa yang dibutuhkan, serta dapat berpartisipasi dalam proses pembangunan dan keputusan yang mempengaruhi mereka. Jadi, pemberdayaan merupakan sebuah proses dan tujuan. Pemberdayaan sebagai proses adalah rangkaian kegiatan dalam memperkuat keberdayaan kelompok masyarakat sasaran. Pemberdayaan sebagai tujuan merujuk pada keadaan ataupun hasil yang ingin dicapai melalui perubahan sosial.

Kelompok sasaran yang perlu diberdayakan dapat dibedakan menjadi beberapa kategori, di antaranya: a). Kelompok yang lemah secara struktural, baik secara kelas, etnis, maupun gender; b). Kelompok lemah khusus, yakni anak-anak, manula, penyandang cacat, LGBT, dan sebagainya; c). Kelompok lemah secara personal, yaitu mereka yang mengalami masalah pribadi ataupun keluarga. Ketidakberdayaan dapat muncul dari faktor internal ataupun eksternal. Ketidakberdayaan dapat berasal dari penilaian diri sendiri secara negatif, interaksi yang negatif terhadap lingkungan, dan hambatan yang berasal dari lingkungan yang lebih besar. 

Adapun beberapa indikator keberdayaan, yang terdiri dari kebebasan mobilitas, kemampuan membeli barang-barang kebutuhan sehari-hari (primer), kemampuan membeli barang-barang sekunder atau tersier, terlibat dalam pembuatan keputusan di rumah tangga, kebebasan relatif dari dominasi keluarga, kesadaran politik dan hukum, keterlibatan dalam kebebasan menyampaikan pendapat, jaminan ekonomi dan kontribusi terhadap keluarga. Strategi pemberdayaan masyarakat terdiri atas tiga aras, yakni aras mikro (pemberdayaan dilakukan terhadap klien secara individu), aras mezzo (pemberdayaan dilakukan terhadap sekelompok klien), dan aras makro (pemberdayaan yang diarahkan pada sistem lingkungan yang lebih luas. 

Demi mencapai proses dan tujuan pemberdayaan masyarakat, maka perlu penerapan pendekatan yang tepat sasaran. Pendekatan pemberdayaan masyarakat terdiri atas pemungkinan, penguatan, perlindungan, penyokongan, dan pemeliharaan. Sehingga pemberdayaan masyarakat sangat perlu dilakukan pada kelompok lemah dan tidak berdaya, yang dengan harapan semua kelompok masyarakat yang tidak berdaya dapat hidup menjadi berdaya. 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Fungsi dan Makna Simbol Swastika bagi Masyarakat Hindu

Memahami Istilah "Masyarakat Terasing" di Indonesia

Kedudukan dan Peranan Saput Poleng bagi Masyarakat Hindu Bali