Fungsi dan Makna Simbol Swastika bagi Masyarakat Hindu


Penganut ajaran Agama Hindu pasti sudah sangat mengenal simbol Swastika. Simbol suci dan religius yang memiliki latar belakang sejarah dan budaya yang sangat panjang, merupakan salah satu simbol tertua di dunia. Simbol Swastika diyakini telah ada sekitar 4000 tahun lalu. Variasi simbol Swastika dapat kita temukan pada peninggalan-peninggalan arkeologis yang tersebar di berbagai wilayah geografis. 

Swastika memiliki fungsi sebagai simbol ketentraman, kesejahteraan, dan kedamaian dalam kepercayaan Agama Hindu. Swastika terdiri dari kata su yang berarti baik, kata asti yang berarti adalah, dan kata ka yang berarti membentuk kata sifat. Jadi, Swastika adalah simbol dari terapan kata Swastiastu yang bermakna semoga dalam keadaan baik. 

Simbol Swastika memiliki makna, yakni empat macam tugas yang harus kita baktikan baik untuk kepentingan diri sendiri maupun kepentingan umum. Empat macam tugas tersebut dikenal dengan Catur Dharma, yang terdiri dari a). Dharma Kriya, yakni melaksanakan swadharma dengan penuh rasa tanggung jawab dan tekun; b). Dharma Santosa, yakni selalu berusaha menemukan kedamaian lahir dan batin pada diri sendiri; c). Dharma Jati, yakni tugas yang wajib dilaksanakan untuk menciptakan kesejahteraan dan ketenangan keluarga serta untuk umum; d). Dharma Putus, yakni melakukan kewajiban dengan penuh rasa tulus iklas untuk berkorban dan bertanggung jawab demi terciptanya keadilan sosial bagi umat manusia.

Berbagai wilayah  di dunia, mengenal simbol suci Swastika dengan berbagai nama. Di Inggris dikenal dengan nama Flyfot, sedangkan di Yunani dikenal dengan Tetragammadion. Simbol suci ini juga dapat kita temukan pada Gereja-Gereja Kristen (Gereja Katedral Amiens di Prancis, Gereja St. Sophia di Ukraina, dan Gereja Basilika St. Ambrose di Milan). Simbol ini dapat juga ditemukan pada Masjid-Masjid Islam di Iran dan Lebanon. Selain itu, pada Kuil-Kuil Hindu dan Budha dapat juga kita temukan simbol ini. Sehingga, simbol Swastika dapat dianggap sebagai simbol yang bersifat universal.


Komentar

  1. KISAH CERITA AYAH SAYA SEMBUH BERKAT BANTUAN ABAH HJ MALIK IBRAHIM

    Assalamualaikum saya atas nama Rany anak dari bapak Bambang saya ingin berbagi cerita masalah penyakit yang di derita ayah saya, ayah saya sudah 5 tahun menderita penyakit aneh yang tidak masuk akal, bahkan ayah saya tidak aktif kerja selama 5 tahun gara gara penyakit yang di deritanya, singkat cerita suatu hari waktu itu saya bermain di rmh temen saya dan kebetulan saya ada waktu itu di saat proses pengobatan ibu temen saya lewat HP , percaya nda percaya subahana lah di hari itu juga mama temen saya langsung berjalan yang dulu'nya cuma duduk di kursi rodah selama 3 tahun,singkat cerita semua orang yang waktu itu menyaksikan pengobatan bapak kyai hj Malik lewat ponsel, betul betul kaget karena mama temen saya langsung berjalan setelah di sampaikan kepada hj Malik untuk berjalan,subahanallah, dan saya juga memberanikan diri meminta no hp bapak kyai hj malik, dan sesampainya saya di rmh saya juga memberanikan diri untuk menghubungi kyai hj Malik dan menyampaikan penyakit yang di derita ayah saya, dan setelah saya melakukan apa yang di perintahkan sama BPK kyai hj Malik, 1 jam kemudian Alhamdulillah bapak saya juga langsung sembuh dari penyakitnya lewat doa bapak kyai hj Malik kepada Allah subahanallah wataala ,Alhamdulillah berkat bantuan bpk ustad kyai hj Malik sekarang ayah saya sudah sembuh dari penyakit yang di deritanya selama 5 tahun, bagi saudara/i yang mau di bantu penyembuhan masalah penyakit gaib non gaib anda bisa konsultasi langsung kepada bapak kyai hj Malik no hp WA beliau 0823-5240-6469 semoga lewat bantuan beliau anda bisa terbebas dari penyakit anda. Terima kasih

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Memahami Istilah "Masyarakat Terasing" di Indonesia

Kedudukan dan Peranan Saput Poleng bagi Masyarakat Hindu Bali